"Di sisi lain ada Einstein yang mengatakan bahwa tidak ada waktu atau ruang, yang ada hanya kombinasi keduanya. Atau Columbus yang bersikukuh bahwa di sisi lain dunia terdapat benua, bukan jurang. Atau Edmund Hillary, yang yakin bahwa manusia bisa sampai ke puncak Everest. Atau the Beatles, yang menciptakan jenis musik yang sama sekali lain dan berpakaian seperti manusia dari masa yang berbeda. Orang-orang seperti itu - dan masih ada ribuan lagi - semuanya hidup dalam dunia mereka sendiri."
Zedka dalam "Veronika Memutuskan Mati" karya Paulo Coelho. Ketika mendefinisikan pengertian "gila".
Aku tersenyum berkali-kali sambil membaca kutipan itu. Menarik sekali definisi gila di sana. Lebih dari itu, gila sebenarnya adalah sinonim unik jika merujuk dari pengertian gila versi Zedka.
Orang gila memang punya dua pertaruhan. Menjadi panutan baru karena orang lain suka dengan gaya "gila"-nya itu atau justru jatuh tenggelam karena dikucilkan masyarakat. Kebanyakan menjadi seperti yang kedua.
Gila itu berarti berbeda. Orang dikatakan gila bukan karena ia salah. Sama sekali bukan begitu. Salah dan benar ditentukan oleh adat yang biasanya sudah disepakati oleh sebagian besar masyarakat di sana.
Lalu kenapa ada yang disebut normal? Bagiku ini adalah soal pengaruh. Jika si gila dapat memberi pengaruh kepada "orang-orang normal" di sekitarnya dan "orang-orang normal" itu suka akan pengaruh yang diberikan oleh si gila, maka "orang-orang normal" itu akan jadi gila juga. Dan kalau ini terjadi dalam skala luas, maka mereka yang tadinya disebut gila akan berganti meraih tahta sebagai yang "normal", sementara mereka yang menolak untuk menjadi ikut gila dan bersikukuh untuk tetap normal justru akan mendapat predikat sebagai "gila" yang baru. Terbalik jadinya.
Ini yang justru menjadi kecenderungan manusia. Mereka lebih memilih untuk menjadi normal. Tidak berani mengambil risiko "menjadi gila sejenak" untuk mengubah lingkungannya. Mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin ia dapatkan jika ia berani mengambil risiko itu. Orang memang lebih suka mencari jalan teraman.
Padahal hampir semua tokoh dunia pernah mengecap pengalaman menjadi gila. Bahkan semuanya. Kita mungkin harus menyalin ulang semua dokumen jika Xerox tidak pernah berinisiatif menjadi perusahaan fotokopi pertama di dunia. Dan akan sangat disayangkan jika kita tidak pernah merasakan kesegaran Teh Botol di saat haus, untung saja Sosro melawan pendapat masyarakat kala itu yang menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka tidak akan membeli teh dalam botol. Mengambil risiko menjadi gila.
Dunia tidak mungkin menunggumu untuk berubah. Ia bersifat sangat dinamis. Banyak orang lain yang mau berubah sehingga ia pasti akan kena imbasnya. Lalu kenapa kau tidak jadi yang pertama?
Sekali lagi, ini soal pilihan, dan akan selalu begitu. Kadang kau bisa menjadi sosok panutan dengan cara-cara yang tak kausadari. Atau kausadari, namun kauhindari itu.
Ini, pastilah, yang dinamakan roda kehidupan. Bergerak dan tak pernah konstan.
Tertarik untuk menjadi gila? Ah, kau juga sudah gila. Lihat judulnya.
Zedka dalam "Veronika Memutuskan Mati" karya Paulo Coelho. Ketika mendefinisikan pengertian "gila".
Aku tersenyum berkali-kali sambil membaca kutipan itu. Menarik sekali definisi gila di sana. Lebih dari itu, gila sebenarnya adalah sinonim unik jika merujuk dari pengertian gila versi Zedka.
Orang gila memang punya dua pertaruhan. Menjadi panutan baru karena orang lain suka dengan gaya "gila"-nya itu atau justru jatuh tenggelam karena dikucilkan masyarakat. Kebanyakan menjadi seperti yang kedua.
Gila itu berarti berbeda. Orang dikatakan gila bukan karena ia salah. Sama sekali bukan begitu. Salah dan benar ditentukan oleh adat yang biasanya sudah disepakati oleh sebagian besar masyarakat di sana.
Lalu kenapa ada yang disebut normal? Bagiku ini adalah soal pengaruh. Jika si gila dapat memberi pengaruh kepada "orang-orang normal" di sekitarnya dan "orang-orang normal" itu suka akan pengaruh yang diberikan oleh si gila, maka "orang-orang normal" itu akan jadi gila juga. Dan kalau ini terjadi dalam skala luas, maka mereka yang tadinya disebut gila akan berganti meraih tahta sebagai yang "normal", sementara mereka yang menolak untuk menjadi ikut gila dan bersikukuh untuk tetap normal justru akan mendapat predikat sebagai "gila" yang baru. Terbalik jadinya.
Ini yang justru menjadi kecenderungan manusia. Mereka lebih memilih untuk menjadi normal. Tidak berani mengambil risiko "menjadi gila sejenak" untuk mengubah lingkungannya. Mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin ia dapatkan jika ia berani mengambil risiko itu. Orang memang lebih suka mencari jalan teraman.
Padahal hampir semua tokoh dunia pernah mengecap pengalaman menjadi gila. Bahkan semuanya. Kita mungkin harus menyalin ulang semua dokumen jika Xerox tidak pernah berinisiatif menjadi perusahaan fotokopi pertama di dunia. Dan akan sangat disayangkan jika kita tidak pernah merasakan kesegaran Teh Botol di saat haus, untung saja Sosro melawan pendapat masyarakat kala itu yang menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka tidak akan membeli teh dalam botol. Mengambil risiko menjadi gila.
Dunia tidak mungkin menunggumu untuk berubah. Ia bersifat sangat dinamis. Banyak orang lain yang mau berubah sehingga ia pasti akan kena imbasnya. Lalu kenapa kau tidak jadi yang pertama?
Sekali lagi, ini soal pilihan, dan akan selalu begitu. Kadang kau bisa menjadi sosok panutan dengan cara-cara yang tak kausadari. Atau kausadari, namun kauhindari itu.
Ini, pastilah, yang dinamakan roda kehidupan. Bergerak dan tak pernah konstan.
Tertarik untuk menjadi gila? Ah, kau juga sudah gila. Lihat judulnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar